Baru-baru ini viral di media social cuplikan video ospek masiswa baru (maba) di bentak-bentak saat ospek virtual. Hal ini ramai dibicarakan oleh banyak orang dan menimbulkan pro kontra tentang ospek keras membentuk mental. Tetapi apakah benar menggunakan “kekerasan” baik verbal maupun fisik dapat membentuk mental seseorang mahasiswa?
Dikutip dari artikel
tersebut, ”Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Dra Ratna Djuwita,
Dipl. Psych, mengatakan ospek yang menerapkan kekerasan verbal tidak bisa
membantu membentuk disiplin maba. Budaya ospek seperti ini malah bisa
menimbulkan perpecahan dan menjadi siklus karena ada rasa dendam.”
Dari sini dapat kita
lihat, sebenarnya ospek harus dengan kekerasan berdalih untuk meningkatkan
mental mahasiswa adalah sebuah hoax yang sudah menjadi budaya masyarakat. Ospek
atau kegiatan pengenalan kampus seharusnya dibuat menjadi lebih bermakna dan
berkesan untuk para maba. Membentuk sebuah mental yang kuat dan perilaku
disiplin tidak harus menggunakan kekerasan. Para kakak tingkat seharusnya dapat
mengemas bentuk ospek menjadi lebih kreatif, menarik, dan informatif untuk adik
tingkatknya.
Ospek seharusnya menjadi
ajang pengenalan kehidupan kampus, cara beretika kepada dosen, informasi untuk
mengembangkan kemampuan diri mahasiswa, melatih mereka untuk selalu berfikir
kreatif dan kritis, dan membentuk kepercayaan diri mahasiswa baru. Hal ini
sepertinya lebih pantas disebut ospek yang dapat meningkatkan mental dan
disiplin mahasiswa baru dari pada ospek dengan embel-embel kekerasan tersebut.
Source : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5173545/benarkah-ospek-keras-bantu-membentuk-mental-maba-ini-kata-psikolog (diakses pada 19 Oktober 2020)
Komentar
Posting Komentar