Artikel Pelapisan Sosial : Korban dalam keberagaman: Kentalnya rasisme dan diskriminasi terhadap orang Papua

        dan rasisme masyarakat Papua sepertinya akan terus membekas di hati mereka. Adanya pelapisan sosial untuk masyarakat Papua sepertinya bukan hal asing lagi bagi kita. Pelapisan tersebut terjadi karena terdapat perbedaan ras serta budaya antara masyarakat papua dengan masyarakat lainnya. Masyarakat Papua yang beridentitas berambut keriting dan berkulit hitam (ras Melanesia) tak jarang sering mendapat rasisme yang menyinggung perasaan serta hati masyarakat Papua sendiri. Berbagai umpatan sering sekali mereka dapatkan seperti Wong ireng (orang hitam), dasar monyet, celeng (babi), asu (anjing), jancok, hitam, kotor, keriting, bau, dan lain sebagainya. Selain rasisme, perlindungan Hak Asasi Manusia yang seharusnya dimiliki oleh seluruh warga negara Indonesia tidak berlaku untuk masyarakat Papua. Banyak pembungkaman keadilan, di diskriminasi secara umum, sampai genosida yang mengakibatkan ancaman kepunahan ras melanesia di tanah Papua.

Padahal Indonesia menganut pancasila dimana salah satu dari sila nya berbunyi “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.” Dan Indonesia memiliki semboyan negara “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Apakah pancasila dan semboyan tersebut sudah benar di terapkan di kehidupan bermasyarakat? Sepertinya tidak karena di lapangan khususnya masyarakat Papua tidak merasakan implementasi yang sesungguhnya dari sila ke lima dan semboyan negara.

Seharusnya masyarakat kita dan pemerintah lebih serius dan membuka hati serta mata dalam menghadapi dan menangani kasus-kasus yang terjadi di tanah Papua. Karena untuk mendapatkan sebuah keadilan saja, sepertinya sangat sulit didapat untuk masyarakat di sana. Indonesia sepertinya perlu berkaca diri untuk melihat serta mendengarkan apa yang dikatakan orang Papua dan membuat perubahan yang diperlukan. Perubahan nya harus signifikan dan didukung dengan aksi nyata bukan hanya perubahan yang menjadi wacana saja. Tanpa perubahan dan aksi nyata tersebut, luka ketidakadilan

Sekarang merupakan waktu yang tepat untuk merealisasikan perubahan tersebut, mungkin dengan bantuan media yang harus speak up dengan kondisi real yang ada di tanah Papua dan memberikan lebih banyak platform untuk masyarakat sana, dan mengubah standar “bentuk tubuh dan warna kulit” yang ditampilkan di layar Indonesia. Karena tidak ada manusia yang pantas diperlakukan kurang dari yang lain karena warna kulit mereka. Tingkatkan rasa kemanusian, kepedulian, dan cinta antar masyarakat di Indonesia karena everyone lives matter, so do Papua.



Source : https://jubi.co.id/korban-dalam-keberagaman-kentalnya-rasisme-dan-diskriminasi-terhadap-orang-papua/ (diakses pada 5 November 2020)




Komentar